Teknik Pembesaran Ikan Lele : Pembesaran ikan lele kebanyakan yang dilakukan di daerah tempat tinggal saya menggunakan terpal. cara ini berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama kali ditemukan dan di uji cobakan pada tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi, Jawa Barat. Tujuannya adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir. Kini, Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele Di Kolam Terpal telah berkembang di beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele, tetapi juga gurame (Osphronemus gouramy), patin (Pangasius nilotica), belut (Monopterus albus), lobster air tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.
TEKNIK PEMBESARAN IKAN LELE
Ukuran ikan lele yang cocok untuk dikonsumsi umumnya 200 - 300 gram. Ukuran itu dapat dicapai dalam waktu 4 - 6 bulan apabila persyaratan hidup dipenuhi, yaitu makanan bermutu baik dan cukup jumlahnya, kondisi air jernih dan tidak ada gangguan hama dan penyakit.
Di Indonesia, pemeliharaan pembesaran ikan lele biasanya dilakukan sebagai usaha/kegiatan sambilan. Tempat pemeliharaan menurut adanya air, misalnya kolam-kolam comberan yang sempit.
Dalam kondisi yang demikian, ikan Lele memang dapat hidup, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Makanan yang diberikan biasanya seadanya. Karena itu data tentang pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh petani di Kabupaten Blitar misalnya, dalam 1 tahun ikan lele baru mencapai ukuran 100-150 gram. Karena itu seyogyanyalah teknik pembesaran ikan lele diperbaiki, agar produksi dapat meningkat.
Kolam untuk membesarkan ikan lele hendaknya tidak mudah mengalami kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang mungkin ada.
Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter sampai 1 meter. Permukaan air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar. Tanggul harus tegak lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk memasang pagar dari bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang dipasang tegak di tepian kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa kolam tanah ataupun kolam dari beton/semens Ukuran kolam tidak tertentu. Namun perlu dikemukakan bahwa kolam yang sempit lebih mudah untuk mengawasinya daripada kolam yang besarkan lele dapat dipehhara dalam kepadatan tinggi karena oksigen bisa diambilnya dan udara.
Menurut data yang dikemukakan oleh Huet (1975) pw duksi pembesaran ikan lele di Thailand/lapat mencapal 1000 kg (1 ton) per are (1 are = 100 m2) makanan yang di berikan berkadar protein 25 % dan faktor konversinya 6. Hal ini dapat tercapai karena kolam yang terkontrol terhadap hama dan penyakit. Kolam dibuat dan beton. Airnya bersih, bebas dari pencemaran, sering-sering air dapat berganti walaupun tidak terlalu deras.
Di Indonesia, kolam untuk pembesaran lele, apabila digunakan kolam yang dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya makanan alami di dalam kolam menjadi banyak.
Adapun persyaratan kolam dan airnya dapat dirinci sebagai berikut :
- Air tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran sampai 10 liter per menit Apabila air terlalu aLs mungkin kurang cocok untuk lele, karena ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air deras. , .
- Kolam dapat dari tanah atau dan semen.
- Air selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya agar kotoran-kotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun hasil pembusukan sisa-sisa makanan tidak tertumpuk. Air yang mengandung bahan-bahan pengotor, baik yang terlarut maupun yang mengendap, seperti amonia, misalnya, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan ikan (growth inhabiting actor). Jadi air harus segar dan bersih agar pertumbuhan ikan lebih cepat.
- Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang saringan.
Kolam-kolam yang memperoleh air yang kurang baik dan tidak dapat dikendalikan, bukan berarti tidak dapat dipakai untuk memelihara lele. Karena lele daya tahannya relatif tinggi terhadap kondisi air yang jelek. Lele dapat hidup di kolam comberan yang sempit sekalipun. Tentu saja, produksinya tidak dapat dicapai setinggi kolam yang kondisinya serba baik. Namun demikian, memelihara lele di kolam-kolam pekarangan dan comberan, dapat dianjurkan, sekedar untuk konsumsi keluarga.
Sawah merupakan tempat yang baik dan potensial untuk pemeliharaan ikan. Namun berhubung obat-obatan pemberantas hama padi (pestisida) banyak dipergunakan di sawah, maka pemeliharaan ikan menjadi terhambat pengembanganya. Pemeliharaan ikan sampai saat ini masih dapat dilakukan apabila periode penyemprotan diatur. Misalnya dengan memindahkan ikan pada tempat tertentu selama satu minggu sesudah penyemprotan.
Adapun pengamanan itu, ialah :
- Jika padi akan disemprot, ikan yang ada di petakan sawah digiring ke dalam "kolam kantong" yang sudah disiapkan. Dan untuk sementara dijaga agar air irigasi yang kena obat itu tidak masuk ke dalam kolam.
- Sebaiknya untuk memberantas hama padi dipakai obat- obatan yang sekecil mungkin bahayanya bagi ikan maupun organisme-organisme air lainnya. Jenis obat-obatan yang tidak berbahaya itu, sudah ditentukan oleh Pemerintah (D'epartemen Pertanian). Pemakaian obat-obatan hendaknya dilakukan seperlunya saja.
- Sebaiknya dipilih bibit yang cukup diberikan 1 kali saja dalam suatu masa tanam. Agar pemeliharaan ikan tidak terlalu terganggu.
Sawah merupakan lingkungan hidup yang baik untuk ikan pada umumnya. Makanan alami cukup berlimpah di dalam lumpur dan air sawah. Namun untuk pemeliharaan ikan lele, sebenarnya lebih besar risiko hilangnya ikan, karena lele suka pindah dari satu petak ke petak lain melalui pematang.
Sawah untuk pemeliharaan ikan lele hendaknya dibuat caren-caren keliling dan diagonal selebar 0,5 sampal 1 meter dengan kedalaman 1 meter.
Sekeliling pematang harus dipasang pagar tegak dan waring (jaring kuralon) agar ikan lele tidak mudah lolos, memanjat pematang. Saluran pemasukan dan pengeuaran air mga harus diberi saringan penutup untuk menghalangi ikan lele keluar dari situ. Pendeknya harus diadakan usaha pengamanan yang lebih ketat dari pada akan memelihara ikan jenis lain.
Caren-caren yang dalam perlu untuk tempat berlindungnya ikan lele, agar aman dan tenang, sehingga diharapkan lele tidak ingin berpindah ke tempat lain. Segi positif yang dapat dikemukakan apabila ikan lele dipelihara di sawah ialah bahwa lele suka sekali memakan serangga-serangga di antara rumpun padi, sehingga padipun lebih terpelihara.
Walaupun besar resikonya, namun kenyataan menunjukkan bahwa ada petani berhasil dalam pemeliharaan lele di sawah.
Comberan ialah air kotoran atau limbah, khususnya limbah rumah tangga, yang tidak tersalur dengan baik sehingga akan menimbulkan masalah pengotoran yang dapat menjadi sumber penyakit karena lingkungan meniadi lembap bahkan becek. Jika air comberan ditampung di dalam kolam atau bak khusus, maka dapat juga dipakai untuk memelihara ikan lele Tetapi dengan syarat kolam comberan itu tidak mengandung larutan air sabun ataupun deterjen.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, agaknya orang tidak terlalu banyak mempergunakan sabun dan deterjen sehari-harinya. Maka kolam comberan yang dibuat di belakang atau samping rumah dapat dipakai untuk memelihara berbagai jenis ikan. Ikan yang dipelihara di pecomberan gemuk-gemuk karena limbah yang ditampung jus mengandung sisa-sisa nasi, lauk-pauk yang tidak termakan. Bahkan kotoran manusia (tinja) juga terbuang ke dalam kolam tersebut sehingga juga dimakan oleh ikan yang dipelihara.
Ikan lele justru lebih cocok dipelihara di dalam pecomberan yang kotor tetapi tidak mengandung sabun, dibanding dengan jenis ikan lain. Karena ikan lele tahan hidup dalam keadaan air tergenang. Ikan lele dapat menyembul ke permukaan air untuk mengambil napas dari udara. Lagipula ikan lele tahan terhadap keadaan air yang agak busuk sekali pun.
Sejak dahulu, penduduk di perkampungan sekitar kota Jakarta, banyak yang memelihara lele di pecomberan. Tetapi dewasa ini sudah sedikit kita temukan orang memanfaatkan pecomberan karena sekarang banyak dipakal deterjen atau sabun colek yang sangat keras sehingga lele tidak mungkin hidup di tempat pecomberan yang menampung limbahnya.
Beberapa tahun terakhir ini, seorang penduduk di desa Siwarak, Ungaran-Jawa Tengah, Bapak Mulyono Blanten, telah membuat kolam comberan khusus untuk memelihara ikan lele di pekarangan rumahnya. Usaha itu telah berlanjut menjadi usaha rumah tangga yang cukup lumayan hasilnya.
Konstruksi kolam/bak
Untuk menampung air limbah rumah tangga, dibuat kolam dengan menggali tanah sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4 m. Dapat juga ukurannya diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam 75 cm. Kolam itu dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak bocor. Tinggi tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas permukaan tanah. Bibir tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam supaya lele sukar melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang pipa sebagai lubang pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak tidak terlalu penuh dan luber (Gambar 13).
Lele suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh maka di dasar bak dipasang batu-batu atau genting tersusun sedemikian rupa sehingga lele dapat bersembunyi di bawah/di sela-selanya.
Di sekitar kolam ditanami tanaman sebagai peneduh, misalnya keladi dan singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk sementara dapat juga sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di atasnya Supaya air tidak mudah limpas, maka pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50 cm saja, lagipula supaya Lele tidak mudah melompat keluar. Bak/kolam semen yang baru saja dibuat dinetralkan dulu dengan merendam sabut kelapa secukupnya selama 2 - 3 hari, seperti telah diuraikan pada bab di muka.
Penebaran benih Lele
Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya berukuran 3 - 5 cm. Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2 (50 ekor/m2).
Pengelolaan
Masa pemeliharaan di kolam comberan adalah 6 bulan. Ke dalam kolam tersebut dimasukkan air limbah dan dapur berikut sisa-sisa makanan. Kolam comberan Pak Mulyono di Ungaran ini juga diisi dengan kotoran manusia yang juga akan dimakan oleh lele. Dapat juga diben pakan berupa daging bekicot yang di cacah, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, dan sebagainya yang sekiranya mudah didapat dan harganya tidak mahal.
Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih lele akan menjadi 10 cm panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang ada di situ, dan lele itu dapat dikonsumsi sendiri sebagai panen yang pertama.
Dua bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan pemeliharaan, lele tumbuh menjadi 15 cm panjangnya. Pada saat diadakan penjarangan lagi, dengan mengambil 60 % lagi dari yang ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang dapat dikonsumsi sebagai lauk yang merupakan panen kedua.
Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara lebih lanjut selama 2 bulan lagi. Ketika dipanen yang terakhir itu besarnya mencapai ukuran 4 - 5 ekor/kg. Maka panen akhir itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg dengan ukuran yang cocok untuk konsumsi di restoran. Sehingga panen akhir itu pun dapat dijual ke restoran dengan harga yang amat baik.
Ada segi yang perlu mendapat perhatian bagi penyelenggara pembesaran di pecomberan. Mengingat kotornya air, apalagi jika diberi makan tinja, ada kekhawatiran lele itu dikotori oleh bakteri yang mungkin pathogen bagi manusia! Berhubung dengan itu, sebelum lele dimasak, harus diberok selama 2 - 3 hari. Cara memberok ialah ditaruh di dalam keranjang, lalu direndam di dalam air yang mengalir, agar kotoran-kotoran dan bakteri-bakteri tercuci dari badan lele.
Pemupukan
Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah atau kolam yang dasarnya tanah, maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak jenis makanan alami yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa makanan alami ikan lele adalah orga- nisme hewani, baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang di air. Pupuk yang baik untuk memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik.
Jenis-jenis pupuk organik itu ialah :
- Berbagai jenis daun-daunan (pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang tidak terpakai, seperti tanam- tanaman pagar, misalnya daun kipait, daun kembang sepatu, daun keji beling, dan sebagainya, bahkan rumput-rumputan dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk kolam lele.
- Sampah dapur dan sampah pasar yang berupa bahan-bahan yang mudah busuk dapat dipakai sebagai pupuk, tetapi harus dipisahkan dari bahan yang tidak dapat membusuk seperti plastik dan bahan-bahan kaleng dan kaca/gelas.
- Pupuk kandang yang terdiri atas kotoran berbagai jenis hewan, baik sekali untuk pupuk kolam.
- Kompos, hasil pembusukan dan fermentasi bahan- bahan organik ini terkenal bagus untuk pupuk yang dapat memperbanyak organisme hewani di kolam.
Cara pemupukan
Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah :
Diaduk dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata.
Dionggokkan di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk itu dimasukkan ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubang-lubangnya. Keranjang berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang ditancapkan di kolam agar tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah bambu atau kayu agar pupuk itu tidak berserakan. Pupuk organik itu akan membusuk sedikit demi sedikit. Dalam prose pembusukan itu akan dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air.
Unsur hara ini terutama akan menyuburkan pertumbuhan plankton nabati. Plankton nabati adalah makanan dari zooplankton (jasad renik hewani) dan larva serangga serta cacing-cacing. Zooplankton dan cacing-cacing adalah makanan ikan lele.
Zooplankton dan larva serangga serta cacing-cacing dapat juga secara langsung memakan bahan organik yang membusuk. Bau pupuk yang membusuk di dalam kolam dapat menarik serangga-serangga untuk bertelur.
Pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat digunakan dalam dosis tinggi, yaitu 10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat dilakukan 2 x per tahun, masing- masing sebanyak 5 ton per ha.
Pemupukan sebaiknya diatur bertahap. Pemupukan pertama ialah pada waktu persiapan kolam atau sebelum ikan ditebarkan. Dosis pemupukan pertama 3 ton per ha, atau 30 kg per are (1 are = 100 m2). Sisanya, sebanyak 2 ton dipakai sebagai pupuk susulan; atau sebulan sekali kolam diberi pupuk lagi sebagai tambahan, masing-masing 10 % dari dosis, yakni 0,5 ton per ha atau 50 kg per are. Dalam jangka waktu pemeliharaan 5 bulan dilakukan 4 kali pemupukan susulan masing-masing berselang 1 bulan.
Pengaturan pemberian pupuk demikian itu didasarkan atas perhitungan bahwa pupuk kandang akan membusuk perlahan-lahan, dan dalam 1 bulan sudah mulai habis. Tetapi jika ditambah dengan pemupukan susulan kesuburan kolam akan tetap dapat dipertahankan.
Mengenai pupuk buatan seperti UREA, TSP, DS, tidak dianjurkan untuk kolam ikan lele karena pupuk buatan itu tidak secara langsung menumbuhkan organisma pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton saja. Pada umumnya pupuk kalsium atau kapur kerapkali dipergunakan untuk kolam ikan. Dengan pengapuran, kolam dapat dipertahankan supaya keadaan pH stabil. Penggunaan kapur untuk kolam lele terutama ditujukan untuk pemberantasan penyakit, karena kapur hanya berguna untuk memperbaiki asimilasi fosfat dan nitrat (unsur-unsur hara yang penting dalam pertumbuhan fitoplankton). Sedangkan fitoplankton kurang diperlukan pada pemeliharaan ikan lele. Bahkan harus diketahui bahwa penggunaan kapur dapat membunuh organisme hewani seperti cacing-cacing dan larva insekta. Penggunaan kapur pada kolam ikan lele harus dilakukan agak lama sebelum kolam dipakai untuk pemeliharaan lele. Setelah penebaran kapur berlangsung semmggu, hama/penyakit sudah terbasmi, barulah kolam dusi air m untuk menumbuhkan jasad renik, lalu menyusul penebaran benih lele.
Mortalitas
Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup, kematian (mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi.
Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap penyakit. Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan pengelolaan kolam, yakm pergantian
air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 – 5 % dari berat badan, mutu makanan tambahan balk (20 – 25 % protein), pengontrolan terhadap hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan dengan tekun, maka mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnya juga berlaku pada pemeliharaan semua jenis ikan.
Kepadatan
Dalam usaha budidaya ikan lele yang intensif, dalam suatu unit areal kolam diusahakan agar dapat dipelmara ikan sebanyak mungkin. Untuk ikan lele, kepadatan penebaran dapat lebih tinggi daripada untuk ikan lam dalam kondisi air yang sama. Maksudnya, suatu kolam di mana keadaan air tergenang atau sedikit aliran air (stagnant dan/atau semistagnant). Jika untuk memelihara ikan tawes atau karper, hanya mampu mencapai kepadatan 3 ekor/m2 Sedangkan untuk memelihara ikan lele dapat mencapai kepadatan 5 sampai 50 ekor per m menurut besarnya lele yang dipelihara.
Dari 100 m2 kolam yang ditebari ikan lele sebanyak 1000 ekor, lama pemeliharaan setahun dihasilkan 80 % x 1000 = 800 ekor yang beratnya 150 gram/ekor. Sehmgga hasilnya : 120 kg/100 m2 (are) Produksi persatuan areal itu cukup luas, sehingga sulit atau tidak cocok jika diperhitungkan dalam areal hektaran.
Di Thailand, di sekitar kota Bangkok, terdapat cukup banyak perkolaman pemeliharaan ikan lele. Jemsnya sama seperti yang dipelihara di Indonesia, yakin Glorias batrachus. Jadi bukan lele bangkok yang nama ilmiahnya Pangasius sutchif Suatu kolam yang luasnya 20 x 20 m2 dan kedalamannya 2,5 m di Bangkok itu dipakai untuk memelihara ikan lele dengan kepadatan 40 - 50 ekor/m2. Benih ikan yang ditebarkan mula-mula sebanyak 48.000 ekor benih gelondongan ukuran 6 cm (80 ekor/kg). Jadi pada kolam 400 m2 tersebut ditebari benih sebanyak 600 kg. Setelah masa pemeliharaan 5 bulan, dapat dipanen berupa ikan konsumsi yang besarnya 200 gram per ekor, panjangnya 25 cm. Hasil yang diperoleh sebanyak 4.300 kg. Dengan demikian ada satu kemungkinan bahwa ikan lele dapat mencapai produksi 107.500 kg/ha/musim (5 bulan). Jika dapat memelihara 2 x masa tanam per tahun, maka dapat diperhitungkan jumlah produksi 215.000 kg/ha/tahun.
Penting untuk diketahui bahwa di Bangkok itu ransum yang diberikan kepada ikan lele terdiri atas 90 % daging ikan sisa-sisa (trash fish) yang dicacah dan 10 % beras pecah. Ransum itu diberikan kepada ikan lele sebanyak 5 % berat badan ikan per hari. Konversi makanan ersebut 6 : 1, berarti 6 kg makanan menjadi 1 kg dagingkan.
Mengenai jenis dan mutu ransum untuk ikan lele di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Para petani di Blitar, misalnya, mempergunakan daging keong racun (bekicot) yang dicacah, dicampur dengan dedak. Tetapi perbandingannya tidak tertentu. Maka hasil pertumbuhan ikan lelenya tidak begitu pesat. Dalam satu tahun kan lele itu baru mencapai berat 100 gram saja.
Berbeda dengan ikan karper yang sudah diusahakan secara besar-besaran, di Indonesia saat ini pemeliharaan ikan lele masih dalam tahap kecil-kecilan saja. Beberapa faktor penghambatnya ialah penyediaan benih terbatas dan perkembangan harga yang belum setinggi ikan karper, pertumbuhannya lambat, dan sebagai ikan yang karnivora, memerlukan makanan tambahan yang banyak mengandung protein hewani supaya dapat berkembang menjadi industri.
Penyakit dan Pemberantasannya
Sebagaimana halnya ikan-ikan lain, ikan lele juga dapat terserang berbagai penyakit. Berbagaijenis penyebab penyakit ikan seperti bakteri, virus, Lernaea, cacing Dactylogyrus,dsin sebagainya telah tersebar luas dan diduga selalu dan pasti ada di semua perairan. Oleh karena itu penularan cepat terjadi. Penyakit ini dapat dihindarkan apabila kondisi tubuh ikan itu selalu baik, sehingga daya tahan terhadap penyakit menjadi tinggi.
Berbagai jenis obat pencegah, perlu diberikan pada waktu ikan-ikan diangkat dari kolam, sehabis diangkut dari atau ke daerah lain, atau sewaktu ikan dipindahkan dari kolam ke kolam lain. Namun demikian sesudah ikan dipindahkan dari kolam ke kolam lain, kemungkinan untuk terkena penyakit juga tetap saja ada. Maka cara yang dapat dianjurkan untuk menghindarkan penyakit ialah memelihara ikan-ikan sebaik mungkin, menciptakan kesegaran air, dan memberi makanan yang cukup.
Sejak beberapa tahun terakhir ini kerapkali ikan-ikan di negara kita terserang penyakit yang menimbulkan banyak kerugian. Ikan-ikan yang mati dapat mencapai berton-ton jumlahnya. Dapatkah ikan yang terkena penyakit itu dimanfaatkan ? Dapat !
Di Thailand pernah terjadi wabah besar yang menyebabkan banyak kematian ikan lele dan ikan mas yang dibudidayakan secara besar-besaran di sana. Maka bangkai ikan yang baru aja mati (belum busuk) dibuat tepung ikan. Di Thailand juga dibuktikan bahwa ikan yang terkena penyakit bakterial dapat dimakan orang jika tebih dahulu direbus hanya dalam waktu 5 menit saja, tidak berbahaya bagi manusia yang memakannya. Lebih-lebih jika digoreng di dalam minyak yang begitu panas, tentu lebih aman lagi. Jadi memakan ikan me mang seharusnya dimasak sampai benar-benar masak, angan hanya masak di luarnya saja!
Adapun jenis-jenis penyakit yang diketahui menyerang ikan lele ialah :
Penyakit bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichthyophthirius multifiliis. Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan juga insang ikan. Pada ikan yang kena penyakit cukup parah, kulit ikan dan irisangnya segera rusak dan tidak berapa lama akan mati.
Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak berganti (air tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit inijarang terjadi.
Pencegahan
Untuk mencegah agar tidak berjangkit penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialir air baru yang segar dan jernih
Pengobatan
Apabila ikan sudah telanjur terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan. Usaha yang perlu didahulukan ialah bagaimana supaya penyakit ini tidak makin meluas dan menyerang ikan-ikan yang lain.
Pencegahan ini dilakukan dengan cara membuang air kolam. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolam-kolam lain.
Kemudian kolam dibiarkan kering selama 2 - 3 hari, lalu diadakan pengapuran dengan kapur yang panas (CaCO3). Dosisnya 10 kg per 100 m2. Setelah dibiarkan 3 hari, kolam dapat dipakai lagi dengan aman.
Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih ialah :
Malachyte green. 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari, dalam 10 hari, ikan akan sembuh. Dalam pengobatan cara ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan diberi makanan yang cukup baik.
Formalin. Ikan yang sakit dimandikan setiap hari dengan cara merendam dalam larutan formalin 30 % (dalam dosis 1 : 4000), lamanya perendaman 1 jam.
Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 - 5 hari berturut-turut. Cara ini juga dapat menyembuhkan penyakit bintik putih.
8.2 Penyakit bakterial
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas telah banyak dijumpai menyerang ikan lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di negeri kita. Wabah ini telah terjadi di akhir tahun 1981, menyerang ikan lele yang dipelihara di kolam maupun yang hidup di perairan umum (danau, sungai, waduk).
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada organ dalam (hati, limpa), daging, dan menimbulkan gejala bisul-bisul yang menyebabkan borok-borok. Jadi, akibatnya memang sangat parah dan sukar diobati.
Pencegahan
Pada umumnya bibit penyakit, apalagi berupa bakteri yang sangat kecil dan sudah tersebar di semua perairan, sukar sekali diberantas sampai tuntas. Karena air merupakan media penular yang membawa bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus dipahami benar-benar oleh petani ikan. Harus dimengerti bahwa ikan akan terhindar dari timbulnya wabah penyakit apabila ikan Selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik artinya makanan cukup, keadaan ingkungan baik, bersih dari segala macam pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai penyakit. Tindakan untuk menciptakan kekebalan alamiah itu, tercakup di dalam kegiatan pengelolaan perkolaman dan pemeliharaan ikan.
Pengobatan
Untuk ikan yang telanjur sakit, apabila belum begitu parah, dapat diobati dengan beberapa obat, antara lain antibiotika.
Antibiotika
Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat .memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 - 3 minggu.
Perlu diketahui bahwa apabila piemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau perhitungannya kurang cermat, maka lama-keamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu.
Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5, sebanyak 1 - 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 - 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyebuhan dari hari ke hari.
Penyakit oleh jamur
Ada jamur yang tumbuh di dalam lingkungan air seperti Saprolegnia dan Achlya. Jamur ini tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka, lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat.
Jamur terdapat di setiap jenis perairan air tawa terutama yang mengandung banyak bahan organik. Jamur itu hidup sebagai saprofit pada jaringan tubuh bukan merupakan penyakit sejati, karena jamur tidak dapat menyerang ikan yang betul-betui sehat. Melainkan menyerang ikan yang luka-luka atau sudah lemah.
Jamur, khususnya Saprolegnia, dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabutputih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang teruka. Ikan yang diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, dan pengangkutan, sering menderita luka-l uka yang kemudian terserang jamur.
Pencegahan
Ikan jangan sampai terluka, dengan cara penangan an yang cermat, tidak menempatkan ikan dalam tempat yang sempit sehingga berdesakan.
Pengobatan
Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapa diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganat, larutan garam dapur, dan larutan malachyte green. Ikan direndam dalam larutan Kalium permanganat 1 gram per 100 liter, selama 60 - 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit.
Kerap kali para ahli menganjurkan untuk mengobati penyakit jamur dengan larutan malachyte green. Serbuk malachyte green dilarutkan dalam air sebagai larutan buku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1 - 2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam.
Pada penetasan telur ikan, juga sangat perlu untuk dibiasakan mengobati dengan cara merendam telur ikan di dalam malachyte green. Dosisnya 1 gram per 200 liter air, lamanya perendaman ½ sampai 1 jam.
Pencegahan jamur pada telur ikan ini sangat perlu apabila telur ikan ditetaskan di dalam corong-corong penetas pada pembenihan ikan secara buatan.
Penyakit lain
Berbagai jenis penyakit yang menyerang ikan, selalu ada kemungkinan juga menyerang ikan lele. Tetapi sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jenis-jenis penyakit lainnya. Penyakit Lernaea pernah dijumpai menginfeksi ikan lele tetapi tampaknya tidak mematikan. Memang jenis-jenis ikan mempunyai kekebalan yang berbeda terhadap berbagai penyakit. Sesuatu parasit dapat menghinggapi seekor ikan, tetap ikannya tidak menjadi sakit, melainkan menjadi penyebar atau penular bagi ikan-ikan jenis lain yang peka.
Hama Ikan Lele
Yang dimaksud dengan hama ialah binatang-binatang yang menyebabkan matinya atau hilangnya ikan karena dimakan atau dirusak tubuhnya. Hama ikan yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi lain dengan parasit yang menyebabkan suatu gejala penyakit. Hama dibedakan dari parasit atau penyakit karena hama tidak menimbulkan imunitas pada ikan, sedangkan penyakit dan parasit menimbulkan daya tahan tersebut.
Hama ikan itu antara lain : serangga yang menusuk dan mengisap ikan sampai mati. Misalnya, bebeyasan (bahasa Sunda), insekta genus Notonecta. Serangga ini datang menyerbu kolam pemeliharaan ikan dalam jumlah besar. Apabila kolam dipupuk dengan bahan organik biasanya dia datang berbondong-bondong. Terutama ikan-ikan kecil mati ditusuk dan diisap cairan tubuhnya oleh serangga ini. Serangga Notonecta ini kira-kira ebesar butiran beras, karena itu oleh orang Sunda disebut bebeyasan (beyas = beras). la dapat terbang berpindah dari satu kolam ke kolam lain. Korban benih ikan yang disebabkan oleh hama ini dapat cukup besar. Cara pemberantasannya pun sulit karena serangga ini segera terbang meninggalkan kolam apabila kolam diberi obat yang dapat mematikannya.
Petani mencari akal dengan menuangkan minyak tanah dan sedapat mungkin meratakan minyak itu di permukaan kolam, agar serangga yang muncul ke permukaan air, akan mengisap minyak tanah, lalu mati. Tentu saja minyak tanah tidak boleh terlalu banyak di tuangkan ke dalam kolam pemeliharaan ikan, karena akan meracuni ikan. Maka itu tidak dianjurkan.
Pemakaian pestisida juga belum dapat dianjurkan, karena belum diteliti dan belum ditemukan jenis insektisida yang efektif terhadap pemberantasan serangga Notonecta ini. Walaupun demikian untuk ikan lele bahaya serangga ini tidak begitu besar, karena ikan lele yang masih kecil biasanya dipelihara di dalam kolam kecil yang mudah diawasi. Petani yang rajin, jika melihat di kolam ada Notonecta, akan segera membersihkan kolamnya dengan sebuah waring untuk menyerok serangga itu, lalu mematikannya. Jadi, secara mekanis saja. Untunglah untuk ikan yang sudah agak besar, Notonecta tidak begitu membahayakan.
Serangga lain yang sering menyerang ikan dengan menusuk dan mengigitnya sampai mati ialahjentik-jentik dari capung. Untunglah jentik capung ini tidak begitu banyak jumlahnya dan tidak pernah ada data penyerangan hebat dari capung ini.
Hama lain yang harus diperhatikan ialah binatan mamalia (binatang menyusui) seperti linsang, kucing liar, musang air atau berang-berang. Binatang jenis ini secara periodik dapat menyerbu suatu kolam atau sawah di mana ikan dipelihara. Dapat datang sendiri-sendiri tetapi kadang datang berbondong-bondong. Binatang ini terjun ke air, mengejar dan menangkap ikan, dan memakannya sampai kenyang. Karena itu dapat menghabiskan seisi kolam dalam waktu 1 - 2 malam berturut-turut. Berang-berang itu pada siang hari berdiam di sarang- sarangnya di rimbunan tumbuhan di daratan di sekitar perkampungan atau tepi hutan. Pemberantasannya dengan menangkap habis (membasmi) binatang ini. Jadi seperti tikus hama padi, daya upaya orang untuk memberantasnya dengan berbagai akal dan cara. Kalau perlu ada juga dipergunakan racun. Kepekaan berang-berang terhadap racun juga seperti halnya tikus.
Membersihkan semak-semak di sekitar perkampungan merupakan usaha agar berang-berang tidak memperoleh lingkungan hidup yang baik.
Ada orang yang mencoba menangkap berang-berang dengan memasang perangkap. Tetapi hasilnya tentu tidak dapat memberantasnya secara tuntas.
Berbagai jenis binatang pemakan ikan merupakan hama yang cukup serius dan harus diperhatikan. Pada kolam pemeliharaan yang letaknya di pekarangan, burung mudah dihalau, sehingga tidak menimbulkan banyak kerugian. Tetapi untuk pemeliharaan di sawah, burung ini cukup merisaukan. Cara pemberantasan juga sulit; sama halnya dengan masalah burung pemakan padi.
Binatang lain, seperti ular, ikan-ikan buas seperti ikar. gabus, belut dan bahkan katak, juga merupakan hama bagi ikan yang dipelihara termasuk ikan lele. Cara pemberantasan yang efektif dan tuntas juga belum di peroleh. Usaha sedapat mungkin iyalkah yaitu menangkap sewaktu terlihat didalam atau doi sekitar kolam.
Terakhir yang dapat juga di sebut musuh peternak ikan iyalahpencuru (bukan hama) pencurian adalah pemhambat bagi setiap usaha.
Modernisasi budidaya ikan lele
Usaha budidaya ikan lele belum di selenggarakan oleh secara moderent dan intensif cara pemijahan dan dan pembesaran masih secara kecil-kecillan dan hasilnya belum memuasakan.
Hal–hal tersebut di bawah ini perlu terus menurus di tingkatkan yaitu :
- Percobaan pemijahan dan ransangan hormone.
- Meneteskan telur yang dihasilkan di dalam corong penetesan agar terkontrol dengan dengan maksud menekan mortalitasnya sekecil mengkin.
- Mengadakan percobaan tentang sususnan makanan ikan lele agar perumbuhan cepat namun harga makanan harus memadai nilai produksinya.
- Mengadakan percobaan untuk menanggulangi penyakit dan hama.
Di Filipina, di mana ikan lele juga digemari sejak tahun 1975, telah dilakukan percobaan injeksi hormon. Tetapi belum berhasil untuk memproduksi ikan lele dalam jumlah besar.
Di Indonesia, apa yang sudah dilakukan oleh petani di Blitar, yang membuat kreasi berupa pembuatan kotak-kotak pemijahan bagi ikan lele, seperti yang disajikan dalam bab di muka merupakan langkah baik sekali. Karena dapat lebih menguasai teknik yang memudahka pengontrolan anak-anak lele yang baru menetas, untuk menekan mortalitasnya.
Pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh petani kita, sampai sekarang hasilnya masih belum memuaskan. Dalam waktu 1 tahun ikan lele yang dipelihara baru mencapai 100 - 150 gram. Sebagai bandingan, di Thailand ikan lelejenis yang sama dengan yang kita pelihara, yakni Clarias batrachus, dapat mencapai berat badan rata-rata 200 gram dalam waktu 4 bulan.
Faktor penting dalam percepatan pertumbuhan ikan ialah mutu dan banyaknya makanan yang diberikan harus baik. Ini harus dapat diusahakan oleh para petani untuk memperbaikinya. Dapatlah dimaklumi bahwa setiap modernisasi hanyalah dapat dilakukan secara bertahap.
Mulai sekarang, berhubung meningkatnya permintaan akan ikan lele untuk konsumsi kota (restoran), dibarengi dengan harganya yang meningkat, merupakan dorongan bagi para petani untuk mengadakan modernisasi dalam teknik budidaya ikan lele.
sumber : http://penyuluhp.blogspot.com/
ads